P. YAN MADYA ADNYANA, SVDPASTOR PAROKI ST YOSEPH  DENPASAR 

Wawancara Dalam Rangka Sinode IV Keuskupan Denpasar

Pewawancara: Agustinus G. Thuru/Seksi Dokumentasi & Publikasi Panitia Sinode IV Keuskupan Denpasar  


Pater Yohanes Madia Adnyana,SVD lahir di banjar Dama Kolibul 18Oktober 1960 dari pasangan Antonius I Nyoman Redun dan Antonia NiWayan Nandri. Ia adalah anak ke-3 dari 8 bersaudara. Ibu Antonia danadik bungsu telah meninggal dunia.Pater Yan Bersama keluarga dibaptis menjadi katolik pada 24 Desember 1970 di Gerej Tritunggal Tuka oleh Pater Nobert Shadeg,SVD.

Menyelesaikan pendidika di SDN Tibubeneng smpai kelas IV da SDK Swastiastu Padangtawang kelas V dan VI pada tahun 1972. Tahun 1973Pater Yan masuk semiari Roh Kudus Tuka sampai 1976. Lalu melanjutkanke Seminari St. Vincetius A Paulo Garum 1976 sampai 1979.Tahun 1980-1982 menjalani tahun novisiat di novisiat SVD Roh Kudus Batu Malang kemudian mejalni studi filsafat di STFT Widya Sasana Malang dari 1982 sampai 1988. Di jedah waktu pada 1985 ia melaksanakan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki Santo Yoseph Mojokerto. 

Mengikrarkan kaul kekal, pada 20 Juli 1988 ia menerima urapan imamat dari Mgr. Vitalis Djebarus,SVD di Gereja St. Paulus Kolibul. Ia mengambil motto Yohanes 15:5b: Barangsipa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

Setelah menjadi imam ia pernah bertugas pada 1988-1995 sebagai rectorPostulat SVD Stela Maris Batu Malang, 1990-1993 melnjutkan studi spiritualitas di Australia. Tahun 1993 sampai 1995 kembali ditugaskan  sebagai rector Postulat SVDStela Maris Batu Malang. Tahun 1995-2003 dipercayakan sebagai Pastor Paroki St. Yoseph Matraman Jakarta. Kemudia 2003-2013 dipercayakan sebagai Pastor Paroki Mari Ratu Rosari Kesatrian malang. Tahu 2013-2014 Pater Yan mengambil kursus penyegaran di Nemi Italiadan sejak tahun 2014 sampai sekarang ditugaskan sebagai Pastor RekanParoki Santo Yoseph Denpasar yang kemudian dipercayakan sebagaiPastor Paroki Santo YosephDenpasar. 

HASIL WAWANCARAA. 

TENTANG KBG

1. Bagaimana romo sendiri melihat KBG-KBG di Paroki romo dalamhal jumlah, keaktifan, kedekatan dan kegiatan yang dijalanan?

Tentang KBG di paroki ini, jujur selama tiga tahun saya di paroki ini, saya melihat bahwa KBG di mata keluarga besar paroki Santo Yoseph ini hanya nama. Ada namanya KBG. Saya tidak tahu apakah pembentukan KBG itu berdasarkan pembicaraan sebuah lingkungan atau tidak, faktanya jumlahnya besar sekitar 50 KBG. KBG hanya nama karena dalam kehidupan riil mereka tidak mengerjakan apa-apa.Banyak peribadatan dalam konteks menggereja itu masih ditangani oleh lingkungan dibawah koordinasi ketua lingkungan. Seharusnya jumlah KBG yang umum, sepuluh sampai 15 KK dan itu warga yang tinggal berdekatan. Mereka juga yang mengambil bagian dalam acara kegerejaan misalnya ada misa, pendalaman iman, kumpul-kumpul membicarakan apa saja yang mereka mau buat. Bahkan ada KBG yang mengatakan tidak perlu pengurus. Aneh, ada organisasi tapi tidak ada pengurus. 

2. Penilaian romo tentang praktek hidup menggereja melalui KBG?

Mereka hanya ada nama KBG, jumlah anggota ada, pengurus ada tetapi dalam praktek menggereja mereka tidak buat kegiatan. Pendalaman iman juga tidak mereka buat karena masih dijalankan oleh Lingkungan. 

3. Apa yang telah dilakukan oleh romo selama ini untuk membuatanggota KBG makin paham tentang KBG, makin aktif dan fasilitatormakin berkualitas? 

Jujur dari sudut jumlah yang saya sebut tadi tidak ideal, sayatidak bisa buat apa-apa. Mengenai teritori saya juga tidak bisa berbuatapa-apa sebelum batas teritori antar paroki beres. Nanti kacau kalaukita tentukan batas teritori kalau batas teritori yang lebih di atastidak beres. Yang saya buat adalah mulai bulan Mei tahun ini sayameberdayakan KBG. Bentuknya adalah mengisi bulan Mei dalam bentukRosario di Grotto Lourdes kita. Saya percayakan kepada KBG-KBGdengan harapan mereka semakin tahu siapa mereka siapa saudarasaudarinya, lalu bergiatlah sendiri KBG itu. Tapi jujur, saya melihat, sayamendengar belum semuanya konsisten dengan ide itu. Lalu mengenaipara pemandu kita sudah mengusahakan tahun lalu, menyambut APPsupaya pendalaman iman APP itu dibuat di KBG dan fasilitator kitaminta juga dari KBG tapi belum semuanya menanggapi baik bahkanada sebuah lingkungan ketika saya kumpulkan beberapa waktu lalu,mereka mengatakan sepakat dengan ide dasar pendalaman iman dibuatdi lingkungan. Bagaimana meningkatkan pemandu kita sudah lakukansebelum sebuah kegiatan pendalaman iman, mengumpulkan mereka,menganimasi dan mengadakan simulasi untuk pendalaman iman.Evaluasi juga dan nanti pertengahan Oktober kita undang seorang narasumber untuk memberikan pendalaman.

 4. Apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yangdihadapi umatdan juga petugas pastoral dalam membangun KBG yang ideal di paroki?’

 Kekuatannya menurut saya umat itu menurut pengalaman sayabaik sangat terbuka. Kelemahannya tidak ada perencanaan pastoral yangterencana dan tersosialisasikan secara keseluruhan akibatnya masing-masing jalan sendiri-sendiri, masing-masing memiliki aturan yang tidaksama. Artinya tidak ada pastoral yang terencana dan pedoman yang samauntuk diikuti dalam sebuah paroki. 

5. Apa peluang dan tantangan yang romo lihat dalam membangun KBG? 

Peluanggnya umat itu baik, dengan kebaikan umat yang adamaka DPP dan saya pastor dituntut adanya perencanaan yang matang,tersosialisasi dan direncanakan dengan baik untuk dilaksanakan di paroki.Rintangannya adalah pemahaman umat bahwa menjadi gereja itu cukupke gereja, berkumpul dengan sesama tanpa mau tahu adanya keberadaanyang lebih efektif berdasar teritori. Jadi saya berhadapan dengan pahamumat yang demikian, mereka akan berontak. 

6. Apa usul dan saran dalam Sinode IV untuk membangun KBG? 

Usul saya, perjelas teritori paroki. Pimpinan harus mengeluarkanaturan dan kebijakan supaya DPP bersama para pastor sekeuskupan inimelakukan hal yang sama. Tujuannya supaya umat tidak protes karenaadanya perbedaan. Jadi ada aturan jelas sehingga yang di lapanganmenerapkannya. 

B. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM 2012-20161. TAHUN 2012: Tentang Katekese dan Lembaga PendidikanKatolik 

1. Apakah kegiatan katekese dll membuat kehidupan rohani umat semakinberkualitas? 

Ketika sinode ketiga saya belum ada di keuskupan ini. Tetapi saya beranimemberi evaluasi karena tema-tema tidak berhenti pada satu tahuntetapi berkesinambungan. Untuk kita di kepundung katekese belumdibuat secara berencana. Sehingga untuk mengevaluasi, ada atau tidakkatekese belum menjadi sumber atau kebtuhan. Jadi mendatar, tidak adapeningkatan yang signifikan. 

2. Apa tantangan dalam melaksaakan katekse di paroki? Bagaimanadengan kemampuan tim fasilitator? 

Kemampuan fasilitator masih perlu dibenahi. Insan fasilitator belumterbentuk sehingga kalau ada sebuah even menyangkut katekese kitaharus melakukan pembekalan. Tujuannya bagaimana mengondisikansupaya fasilitator merasa dibekali sehingga memiliki senjata untukmelayani umat. Dari segi umat, mereka merasa belum membutuhkan.Maka perlu gerakan menumbuhkan kesadaran umat. Katekese perluuntuk proses penyadaran. 

3. Apa usul saran romo agar kegiatan katekese ke depan lebih berkualitas? 

Usul saya, dalam paguyuban sahabat fasilitator mau saling membangundiri sesuai dengan pembekalan. Ada agenda untuk membekali diri apakahada moment berkatekese secara masal. Saya mau ke depan, sepanjangdalam satu tahun itu ada katekese, bukan hanya menjelang paskah, natalatau bulan kitab sci. Jadi ini harus diakarkan di level umat. 

TENTANG LEMBAGA PENDIDIKKAN KATOLIK 

1.Apakah lembaga Pendidikan katolik masih menjadi pilihan utamaumat di paroki? 

Anak katolik kita yang bersekolah di sekolah katolik sangat terbatas.Menurut saya dalam ide, supaya anak bisa sekolah di sekolah yangdikelola oleh gereja. Tapi karena keterbatasan dana lalu mereka memilihdi luar yang lebih murah. Juga mutu di sekolah kita tidak ada yangunggul atau dibanggakan. Saya rasa dari sudut pengelola Pendidikankita juga kurang bersahabat dengan umat. Buktinya mereka mengatakantidak pernah ada kunjungan, sosialisasi di awal tahun pelajaran sehinggaada jarak antara lembaga Pendidikan dan umat. Lembaga Pendidikan kitaasing di mata mereka.

 2. Apa tantangan dan permasalahan yang dihadapi oleh orangtua dalamhal Pendidikan anak? 

Menurut saya, lembaga Pendidikan kita tidak bisa ditembus bahkan suratdari paroki untuk minta keringanan tidak ditanggapi. Sementara pengaruhpariwisata sangat luar biasa dan di tengah situasi dimana wadah lembagaPendidikan kita tidak bisa ditembus guna mendapat Pendidikan yanglebih baik, akhirnya mereka bersikap apatis dan berperisnsip, jalani saja. 

3. Apa usul dan saran romo bagi lembaga Pendidikan katolik agar mampumelaksanakan karya Pendidikan lebih berkualitas? 

Usul saya, interen lembaga Pendidikan kita kedalam harus lebihmemikirkan umat dan masa depan gereja secara keseluruhan di tengahsituasi seperti ini. Keluar,ajaklah paroki-paroki yang ada rekan kerjauntuk melayani umat. Konkritnya sosialisasikan apa yang menjadi situasidan kondisi, peluang dan tantangan. Saya merasa umat sangat terbuka. 

TAHUN 2013: TENTANG OMK 

1. Apakah romo mengetahi dan memahami program kerja KomkepKeuskupan Denpasar? 

Jujur saya tidak tahu.

 2. Bagaimana implementasi program kerja Komkep di Paroki? 

Karena di satu pihak saya tidak tahu program Komisi Kepemudaan sampaidetik ini, saya rasakan gerakan yang dilakukan oleh Komisi kepemudaandengan melibatkan orang-orang muda itu hanya aksidental. Kalau terjadisesuatu mereka bergerak. Sesudah itu tak ada apa-apanya lagi. 

3. Apa saja kegiatan OMK di paroki yang menonjol? 

Sampai hari ini, tentang kegiatan OMK yang menojol, itupun belummaksimal. Dalam kaitan gereja secara keseluruhan menanggapi ajakankomisi untuk melakukan sesuatu. Intern mereka mengadakan ekaristikaum muda sebulan sekali itupun tidak rutin, Orang-orang muda yangbergerak bisa dihitung dengan jari. Banyak orang muda namun belumdidampingi secara baik oleh para pendamping termasuk oleh kami parapastor. 

4. Apakah OMK berpartisipasi dalam kegiatan Bersama kelompokmasyarakat lain? 

Secara individu saya yakin ada. Secara kekerabatan di tepat domisilimereka lakukan. Secara kelompok OMK Paroki Kepundung saya katakantidak ada. Saya berharap ada tindak lanjut ke depan supaya OMK lebihaktif lagi di tengah masyarakat. 

5. Apa rekomendasi romo sebagai saran untuk berkembangnya OMK dikeuskupan? 

Orang muda di keuskupan kita apalagi di kota Denpasar, bertambahbanyak. Kampus universitas, luar biasa banyaknya. Dan banyak orangmuda ini berasal dari daerah-daerah. Rekomendasi saya adalah GerejaKeuskupan Denpasar harus berani memberikan seorang pendampingrohani. Dalam konteks ini seorang romo khusus untuk mendampingiorang-orang muda di kampus-kampus negeri maupun swasta itu. Dan itumenurut saya peluang yang sangat baik. Kalau dikatakan bahwa tenagaromo kurang kita tidak akan pernah kelebihan romo. Tapi justru ditengah-tengah kekurangan kita akan tenaga romo itu, kalau kita mampudan berani menyiapkan seorang romo yang bersiap untuk mendampingikaum muda dan memberikan dia wewenang untuk karya ini, saya yakinorang muda kita akan bangga bahwa selama ada di Denpasar untukkuliah mereka akan mendapatkan sesuatu untuk bekal perjalanan merekake depan. 

6.  Kekuatan dan kelemahan apa yang dihadapi OMK? Kekuatan OMK sebenarnya mereka punya mimpi, merka sadar bahwamereka warga gereja dan warga negara ini . Mereka punya cita-cita .Kekuatan lainnya mereka punya sumber daya, mereka punya jaringan.Kelemahan mereka: dukungan dalam arti pendampingan, tuntunan,teguran, dan juga dana.

 7.  Peluang dan tantangan apa yang dihadapi Paroki terkait pendampinganOMK? 

Peluangnya menurut saya banyak orang muda kita yang rindu untukberkumpul, untuk berorganisasi dan berkegiatan Bersama teman-temanseusia. Itu kerinduan kuat mereka. Kekurangannya, kurang adanyadukungan dari para orang tua baik orang tua kandung maupun pengurusdari keluarga-keluarga kegerejaan seperti lingkungan dan KBG. Sayapernah mengatakan, banyak anak dari para pejabat paroki, Dewan Parokimisalnya, yang anak-anaknya justru tidak aktif di OMK. 

8.  Apakah ada usul saran dari romo untuk pengembangan OMK?

 Saran saya, dari kalangan OMK kita buat pendataan. Anak-anak kitaitu ada dimana, lalu apa yang mereka lakukan setiap hari, mahasiswaatau sudah bekerja.Kita para orang tua baik orangtua kandung maupunorangtua rohani (DPP Pleno) bergandengan tangan untuk mendampingimereka, melayani mereka, mendukung mereka. Bentuk dukungan yangsaya pikirkan minimal adanya beberapa orang tua yang berjiwa muda ada bersama mereka sebagai pendamping. Dukungan itu adalah kita berikankepercayaan kepada mereka untuk melakukan sesuatu misalnya ekaristisesuai dengan perkembangan mereka. Juga harus ada pos keuanganbagi mereka. Sebab jaman sekarang buat kegiatan tanpa dukungan danaadalah sesuatu yang mustahil. 

TAHUN 2014: TENTANG KBG DAN KEPEMIMPINANPASTORAL 

1.    Bagaimana kepemimpinan pastoral dalam diri ketua KBG dan DPP

Untuk di Kepundung, jujur, KBG itu hanya nama. Sehingga saya bisamengatakan tidak terjadi kepemimpinan dan tidak jalan. Sementarakepemimpinan mutlak ada dalam sebuah kumpulan. Ke depan harusdibangun sinergis kepemimpinan di pusat paroki Bersama teman-temanpara pemimpin di KBG-KBG sebagai penjaga gawang terdepan darihidup menggereja kita. 

2. Apa kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan di tingkat KBGdan paroki? 

Kekuatannya adanya keterbukaan dari masing-masing. Kepemimpinandari pusat paroki ada keterbukaan untuk bergandengan tangan Bersamapengurus-pengurus di garda terdepan itu. Lalu teman-teman pengurusKBG itu mereka juga penuh dengan keterbukaan. Mereka buat panduanBersama untuk bisa sinergis. Sebab umat yang kita layani sama. 

3. Apa usul dan saran romo agar kepemimpinan pastoral dapat memberipelayanan dan pemberdayaan umat sesuai teladan Yesus? 

Kualitas dan keterampilan, kemampuan untuk memimpin perluditingkatkan melalui latihan-latihan yang direncanakan. Latihankepemimpinan atau kaderisasi dasar sangat penting dilakukan untukmenyiapkan pemimin gereja di masa depan. 

TAHUN 2015: KBG DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT 

1. Bagaimana upaya yang dilakukan sehubungan dengan pemberdayaanekonomi umat di KBG? 

Jujur, KBG-KBG hanya nama, kegiatan masih banyak dilakukan olehlingkungan. Jadi kegiatan ekonomi di KBG sebetulnya tidak ada. Bahkandi lingkungan, kegiatan ekonomi secara terencana juga tidak ada.

 2. Apa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi dalam upaya pemberdayaanekonomi umat? 

Ada kekuatan yakni jumlah umat yang cukup banyak. Ada kemauanuntuk memberdayakan ekonomi. Kelemahannya mereka tidak tahumembaca peluang, memanfaatkan peluang dan tentu saja keterbatasanmodal usaha. 

3.Apa peluang dan tantangannya? 

Peluangnya adalah: Umat itu siap untuk berubah menuju kehidupangereja yang lebih baik antara lain juga dari segi ekonominya. Makapemimpin dituntut untuk memikirkan kebutuhan umat salah satunya dibidang ekonomi. Menjadi orang katolik itu mahal, ke gereja perlu bensin,di gereja kolekte, ada parkir, ada kegiatan paroki yang sumber dananyadari umat. Jadi kemampuan secara ekonomis harus diperhatikan. 

4.Apa usul dan sarannya? KBG-KBG, Lingkungan, Paroki harus memikirkan pemberdayaanekonomi umat. Dengan demikian antara kebutuhan secara rohaniah dankebutuhan secara jasmaniah bisa berjalan seimbang. 

TENTANG CU/KOPERASI 

1. Bagaimana upaya memberdayakan ekonomi umat melalui CU/Koperasi? 

Sehubungan dengan kesejahteraan umat dari segi ekonomi, GerejaKepundung selama ini tidak pernah memikirkannya secara terprogram.Bahwa ada inisiatif individu hal itu ada. Buktinya tidak ada poskeuangan paroki untuk orang miskin, untuk menolong warganya yangkesulitan biaya Pendidikan anak. Mungkin ini sebuah kesepakatanjuga di kepundung bahwa paroki tidak melakukan apa-apa, tetapimempercayakan itu ke lingkungan masing-masing karena lingkunganyang ada sejauh ini mengusahakan hal itu. Kalau ada umatnya yangsakit mereka bantu, bantu biaya Pendidikan untuk warganya yang tidakmampu. Tapi itu bukan agenda melainkan gerakan sesaat. Puji Tuhan darihasil omong-omong orang-orang yang “gila” Credit Union maka berhasilkita dirikan CU Santo Yoseph yang peresmiannya dilakukan oleh BapaUskup Denpasar. 

2. Apa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi dalam mengumatkan CU? 

Kekuatannya, CU itu lahir dari akar rumput. Ada sekelompok umat yangmau berkumpul. Kekuatannya saya yakin ini berkat Tuhan yang dihadirkanoleh rekan-rekan pengurus di lingkungan yang mengumpulkan wargauntuk sosialisasi dan itu terjadi. Kekuatan umat mereka menangkap danmereka mendukung. Justru karena itu kita ada bekal di tingkat pengurusCU dan DPP. Kekurangannya, karena pengalaman ada CU yang bangkrutmaka ada umat yang sangat berhati-hati. Kelemahan lainnya ada paratokoh yang tidak senang dengan CU lalu mempengaruhi yang lain untukturut melihat CU sebelah mata saja. 

3. Apa peluang dan tantangannya? 

Peluang sangat terbuka, ada umat yang telah bergabung dan itu bisa menjadicorong untuk menyosilisasikan CU yang sudah ada. Tantangannya tentusaja, apakah pengurus mau bekerja secara transparan, terbuka, akuntabel. 

4. Apa usul dan saran untuk menumbuhkembangkan koperasi? 

Dari sisi organisasi Credit Union, saya bersyukur bahwa CU yang kitadirikan dilandasi oleh sebuah iktikad yang sangat mulia. Mereka denganilmu dan pengalaman, mengusahakan adanya kepengurusan yang solid.Mereka mengabadikan CU dalam sebuah buku, yang menurut saya bisadipertanggungjawabkan siapapun orangnya nanti yang akan menjadiPengurus. Sejauh system berjalan maka CU akan berkembang. Walaupunada tantangan, kita harus tetap maju, bekerja penuh tanggung jawab,tidak menyimpang. Dan umat yang sangat banyak akan melihat. Dansaya optimis, kita akan berhasil. 

TENTANG DASOPEN 

1.Bagaimana keterlibatan umat terkait dengan gerakan Dasopen? 

Sampai tiga tahun saya di Paroki ini, saya merasa tidak pernah diinfokanDasopen itu. Dasopen juga tidak diinfokan kepada umat. Kita belumpernah menerima surat dari PSE tentang Dasopen. Gema Dasopenkurang disosialisasikan sehingga umat tidak kenal. Satu dua saja yangpunya relasi yang tahu itu Dasopen. Secara gerakan di paroki tidak ada. 

2. Apa kekuatan dan kelemahan dalam gerakan Dasopn? 

Kekuatan Dasopen sangat luar biasa. Mulai dari gereja Perdana, sudahmemiliki kekerabatan yang mendalam. Mereka yang memiliki kelebihandengan sukacita memberi, menggunakan Bersama milik mereka. Inikekuatan. Kelemahannya, sosialisasi sangat kurang. 

3. Apa peluang dan tantangannya? 

Peluang ke depan sangat luar biasa, umat yang mampu banyak, merekamau berbagi. Jadi harus kelola secara professional. 

4. Apa usul dan sarannya? 

Usul saya agar para pengelola, duduk Bersama, merancang dan kerjasamadengan PSE paroki. Dan bekerja secara transparan. Selain itu agarDasapen lebih digeakan lagi, disosialisasikan sampai ke tingkat KBG. 

PARIWISATA, PERTANIAN & KELAUTAN 

1. Bagaimana keterlibatan umat memberdayakan ekonomi di bidangpariwisata, pertanian dan kelautan? 

Ada umat kita yang bergerak di pariwisata. Mereka masuk dengan modalkekuatan sendiri secara individu. Secara social kekeluargaan paroki tidakpernah ada usaha untuk memberdayakan umat dalam konteks pariwisatauntuk kehidupan mereka. 

2. Apa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi? 

Kekuatannya kita punya sumber daya manusia yang luar biasa. Kitapunya sarana, kita punya bangunan bersejarah. Kelemahannya tidakpunya koordinasi, tidak ada kerja terencana. 

3. Apa peluang dan tantanannya? 

Peluang sangat terbuka karena Bali adalah destinasi pariwisata. Banyakwisatawan yang datang ke Bali mengunjungi tempat sejarah gerejakatolik. Tantangannya, bahaya eksploitasi bangunan atau tempat-tempatsacral bisa saja terjadi. Maka perlu dikelola secara baik. 

4. Apa usul dan sarannya? 

Saya yakin para pengurus DPP memiliki jaringan baik intern gerejamaupun di masyarakat. Maka bantulah para pelaku pariwisata agarmereka bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat di bidang pariwisata.Seiring dengan situasi dan kondisi Bali yang adalah destinasi wisata,maka seharusnya ada Komisi Pariwisata di tingkat Keuskupan. Apayang diilakukan mendiang P. Nobert Shadeg, perlu dihidupkan kembali.Melalui komisi Pariwisata, para wisatawan yang beragama Kristen bisamendapatkan informasi yang akurat tentang keberadaan gereja, tempatsiarah, tempat sejarah di Bali dan NTB. 

TAHUN 2016/: KELUARGA 

1. Bagaimana pelaksanaan pendampingan keluarga? Apakah sudahditangani tim. Apa yang menjadi permasalahannya? 

Pembinaan bagi para Pembina keluarga di paroki ini mungkin sudahdilakukan terutama oleh Keuskupan. Dari paroki ada orang yangdikirim mengikuti kursus atau pembinaan tentang keluarga namunsetelah kembali ke paroki tidak sosialisasikan lagi ke umat atau tidakmembuat aksi nyata. Secara institusional keluarga-keluarga kita tidakterpandu secara terencana. Ketika saya bertugas di Paroki Santo Yoseph,saya coba memulai dengan sebuah perayaan bagi yang berulang tahunperkawinan para Pasutri melalui ekaristi dan rekoleksi. Namun ternyatatidak banyak tanggapan. Justru berangkat dari gereja sebagai keluarga-keluarga dan juga realitas masalah kesetiaan perkawinan, maka sekarangseksi kerasulan keluarga kita mulai jalan. Kita sudah mengadakan KPPsendiri, kita libatkan umat yang nota bene ahli dalam bidangnya. Kitajuga akan mulai dengan konseling keluarga bermasalah. 

2. Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan keluarga? 

Yang menjadi keuatan adalah sudah ada perangkat dan ada umat yangmemiliki keahlian tertentu untuk membantu pembinaan keluarga.Kelemahannya, sedikit saja yang mau berkorban waktu dan tenaga. 

3. Apa usul dan sarannya?Agar supaya memberikan perhatian kepada keluarga-keluarga yangmengalami masalah perkawinan seperti ancaman perceraian, kawincampur. Penyelesaian masalah dilakukan dengan serius sehingga hak-hak mereka sebagai umat katolik bisa dipulihkan kembali.

   

Comments

Popular posts from this blog

PROFIL KONGREGASI/BIARA YANG BERKARYA DI KEUSKUPAN DENPASAR

Rm. Benediktus Deni Mary

Romo Hubertus Hady Setiawan,Pr