Jelang Sinode III
Oleh Mgr. DR. Silvester San
Bulan Februari 2011, saya genap dua tahun
menggembalakan umat di wilayah Gereja Lokal Keuskupan Denpasar. Reksa pastoral
selama kepemimpinan saya masih melanjutkan program pastoral yang dibangun Uskup
pendahulu saya Mgr. Benyamin Bria yang mengusung visi dasar “KeuskupanDenpasar
sebagai Persekutuan Umat Beriman Kristiani Berjuang Mewujudkan Kerajaan Allah
Melalui Komunitas Basis Gerejawi yang Inklusif dan Transformatif.” Visi ini dijabarkan dalam lima tema pastoral yang
dijalankan setiap tahun, selama periode 2007-2011. Tahun 2011 yang mengangkat
tema “KBG dan pendidikan nilai dalam keluarga, sekolah
dan kesetaraan gender” adalah tema terakhir hasil rumusan Sinode II
yang diselenggarakan tahun 2006.
Dengan berakhirnya tema pastoral 2011, selaku pelanjut
karya misi di bumi Bali dan NTB
ini saya berkewajiban dan terpanggil melaksanakan sidang akbar bagi para agen
pastoral yang menjadi motor pastoral di keuskupan ini dengan menggelar Sinode III. Dasar hukum penyelenggaraan sinode ini diatur
dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) dalam kanon 461 § 1 yang berbunyi: ”Hendaknya sinode keuskupan
diselenggarakan di setiap Gereja partikular, bila menurut pandangan Uskup
diosesan dan pendapat dewan imam, keadaan menganjurkannya”.
Mengacu pada KHK Kanon 461, Sinode saya pandang
penting karena menjadi jaminan kesinambungan reksa pastoral dalam suatu wilayah
Gereja Lokal. Perumusan visi–misi,
program kerja harus senantiasa dibarui dan disesuaikan dengan situasi dan
zamannya. Zaman semakin maju dan berkembang, menuntut Gereja terus menerus
membaharui dirinya, demi pelayanan yang tepat sasar dan sesuai kebutuhan
umat.
Sinode yang diselenggarakan setiap lima tahun, sangat ideal
untuk membarui visi misi keuskupan serta
menjadi arena evalusi pelaksanaan karya pastoral selama kurun waktu lima tahun
yang telah berlalu dan mengagendakan program pastoral lima tahun ke depan.
Sinode juga menjadi kesempatan berahmat bagi para agen pastoral dari berbagai
paroki untuk bisa saling bertemu, syering serta saling menimba pengalaman
pastoral yang dijalankan di masing-masing paroki. Pengalaman berhasil, gagal, suka
duka dalam menjalankan karya pastoral akan menjadi suka-duka bersama sebagai sesama
agen pastoral yang mengemban tugas dan visi yang sama.
Jelang Sinode III, Pusat Pastoral Perlu
Menggali Masukan Dari Bawah
Pusat Pastoral (Puspas) Keuskupan Denpasar yang
membantu Uskup dalam bidang pastoral perlu melakukan persiapan dengan matang
baik secara transformatif, teknis maupun turun langsung ke lapangan untuk
memperoleh masukan-masukan berharga dari umat. Sinode ini diharapkan membawa
suara umat, maka dalam persiapannya perlu melibatkan umat dalam KBG-KBG. Salah
satu cara adalah dengan membuat angket atau bertanya langsung kepada umat akan
harapan-harapannya yang hendak dititipkan dalam Sinode III. Untuk memperoleh
masukan-masukan umat tidak mungkin Puspas bekerja sendirian. Hendaknya
diciptakan sistem kerja sama yang efektif dengan para agen pastoral paroki
sehingga memudahkan Puspas dalam menghimpun usulan-usulan umat. Bila asprasi
umat dari masing-masing paroki bisa terkumpul, akan diperoleh data akurat yang
akan menjadi masukan berharga bagi proses pelaksanakan Sinode III 2011.
Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan Pra Sinode di tingkat dekenat. Pra Sinode di tingkat dekenat hendaknya melibatkan utusan-utusan agen
pastoral dari tingkat paroki dan
penggerak KBG. Pelaksanaan Pra Sinode di tingkat dekenat perlu dipikirkan secara mendalam, karena
masing-masing dekenat memiliki
karakteristik umat yang berbeda, sehingga kemasan acara serta materinya juga
berbeda. Target Pra Sinode tingkat dekenat
adalah terinventarisirnya persoalan-persoalan, harapan-harapan, usul saran umat
serta ditemukannya kekuatan, kelemahan dan peluang dalam berpastoral. Hasil akhir
Pra Sinode di tingkat dekenat
direkomendasikan sebagai masukan dalam Sinode III.
Saya berharap tahapan-tahapan ini bisa dijalankan
dengan baik. Pusat Pastoral perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk
pelaksanaannya. Metode survey yang paling efektif untuk menjaring
masukan umat serta metode pengolahannya perlu dikaji dengan cermat, sehingga
hasil survey itu maksimal serta layak dipresentasikan dalam sinode yang hanya terjadi setiap lima tahun. Persoalan
yang sering terjadi adalah survey tidak mampu menjangkau seluruh umat
dan pengolahan hasil survey mentah atau hanya setengah-setengah saja.
Hal ini jangan sampai terjadi. Kita harus berjuang menjalankan tahapan ini
secara total dan tuntas sehingga diperoleh wajah Keuskupan Denpasar yang
sebenarnya dan akurat, sekaligus menjadi dasar
perumusan Visi, Misi, Arah Karya Pastoral serta Program Kerja Keuskupan
Denpasar periode 2012-2016.
Umat Nara Sumber Utama Dalam Sinode
Umat yang digolongkan dalam kelompok kaum awam
diharapkan partisipasinya dalam keikutsertaannya mensukseskan Sinode III.
Tumbuh kembang serta mati hidupnya Gereja juga merupakan tanggung jawab umat.
Tugas-tugas pastoral yang dibangun Keuskupan Denpasar, dalam pelaksanaannya
memerlukan partisipasi dan keterlibatan seluruh umat, termasuk mensukseskan
tahapan-tahapan menuju Sinode III yang
diprogramkan Pusat Pastoral. Masa persiapan hendaknya menjadi gerakan seluruh
umat dalam keikutsertaannya membangun Gereja Lokal
Keuskupan Denpasar. Sinode diselenggarakan dari kita oleh kita dan untuk kita.
Sinode adalah salah satu strategi pastoral untuk mewujudkan Kerajaan Allah
supaya hadir dan meraja di hati setiap orang. Misi Yesus yang ingin
menyejahterakan dan menyelamatkan umat manusia dimungkinkan dengan sikap
proaktif kita yang mau membuka hati dan terlibat aktif dalam proses hadirnya
Kerajaan Allah itu sendiri. Agar umat memahami makna sinode dengan baik serta
keterlibatannya dalam mensukseskan Sinode III, saya mengharapkan agar para
Pastor Paroki mensosialisasikan kepada umat, menyangkut tahapan-tahapan yang
akan dilalui yang mencapai puncaknya pada bulan November 2011.
Dalam pelaksanaan Sinode III peranan umat sangat
besar, yakni menjadi nara sumber utama dalam memberikan berbagai masukan
seputar persoalan kehidupan menggereja yang dihadapi umat, hal-hal yang
dirasakan dalam hidup harian umat yang ada di tataran dasar Gereja (KBG).
Tetapi harus diingat umat tidak boleh terjebak dengan masukan yang bersifat
uneg-uneg atau keluh kesah pribadi yang ujung-ujungnya menuntut Gereja. Masukan
yang diharapkan adalah berbagai persoalan mendasar yang dialami dan dirasakan
menghambat tumbuh kembangnya KBG sebagai basis kehidupan dan kerasulan umat.
Berbagai sumbangan pikiran positif juga sangat diharapkan demi eksistensi
Gereja dari waktu-waktu. Keberadaan Gereja menjadi tanggungjawab kita bersama,
bukan hanya di pundak Uskup, para imam, biarawan-biarawati atau para agen pastoral semata. Masing-masing kita
merupakan tiang penyangga Gereja yang memungkinkan Gereja ini bertumbuh dan
berkembang baik secara kualitas maupun kuantitas. Sebagai tiang penyangga, kita
harus membekali diri dengan iman yang kokoh, hidup rohani yang baik serta
memiliki keteladanan dalam hidup sesuai keutamaan-keutamaan yang dimiliki Yesus
Guru Agung kita.
Sinode III masih akan menempatkan KBG sebagai skala
prioritas perhatian Gereja, sebab KBG merupakan basis kerasulan dan kehidupan
umat. Kehadiran dan keterlibatan kaum awam dalam KBG-KBG adalah bentuk
sumbangan terbesar bagi keberlangsungan kehidupan Gereja Lokal
Keuskupan Denpasar. KBG adalah motor utama yang memberi daya hidup serta
menggerakkan Gereja untuk terus berjalan maju dalam merealisasikan proyek besar
Allah yakni untuk keselamatan manusia.
Mengambil Bagian dalam Misi Yesus
Mengutip pesan Paus Yohanes Paulus II yang ditujukan kepada umat kristiani, pesan yang sama saya
tujukan kepada seluruh umat di wilayah Keuskupan Denpasar, untuk menerima
martabat serta tanggungjawab kerasulan dengan giat serta gigih. Esensi
panggilan Kristen adalah kerasulan. Hanya dalam dimensi pelayanan Injil itulah
orang-orang Kristen dapat menemukan kepenuhan martabat serta tanggungjawabnya.
Sebenarnya kita telah dipersatukan dengan Kristus dan umat Allah melalui
pembaptisan. Kita telah dijadikan peserta, pengambil bagian dalam tugas Kristus
sebagai imam, nabi dan raja. Kita dipanggil menuju kekudusan dan diundang untuk
mewartakan serta merealisasikan Kerajaan
Kristus sampai kedatanganNya kembali.
Kesetiaan pada martabat ini belum cukup hanya dengan
menerima secara pasif harta karunia iman yang diwariskan oleh tradisi dan
budaya saja. Harta karun serta bakat, barang titipan Allah yang dipercayakan
kepada kita, harus diterima dengan pertanggungjawaban, yakni agar berbuah
melimpah. Rahmat pembaptisan dan penguatan senantiasa diperbarui dengan ekaristi dan disegarkan dalam pertobatan. Rahmat itu
juga memiliki kekuatan untuk menghidupkan serta membangkitkan iman, dan dalam
dinamika kreatif Roh Kudus, memberiarah bagi segala kegiatan anggota Tubuh
Mistik. Kita juga dipanggil untuk mengembangkan hidup rohani, yang menjadikan
kita sebagai rekan sekerja Roh Kudus. Melalui karunia yang diterima, kita
memperbarui, meremajakan serta menyempurnakan karya Kristus yang mengemban misi
BapaNya untuk menghadirkan Kerajaan Allah bagi semua orang. Misi luhur ini
tidak mungkin terwujud tanpa keterlibatan kita sebagai pengikutNya.
Memancarkan Wajah Kristus melalui Gereja
yang Inklusif dan Transformatif”
Saat ini bangsa kita berwajah penuh penderitaan oleh
karena sesama anak bangsa saling melukai, menyakiti dan banyak kelompok saling
menyerang satu sama lain. Akibatnya manusia tidak lagi merasakan kedamaian,
suka cita dan sejahtera dalam kehidupannya. Bangsa Indonesia sebagai rumah
tinggal bersama tidak dirasakan nyaman lagi bagi para penghuninya. Rakyat semakin menderita dengan
beban ekonomi yang kian berat dan tidak mampu ditanggungnya lagi.
Keuskupan Denpasar sebagai patner Pemerintah
terpanggil untuk menciptakan masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.
Menyadari bahwa Keuskupan Denpasar yang meliputi Bali dan NTB serta berada di tengah masyarakat mayoritas
berkeyakinan lain, umat yang beraneka
ragam suku dan budaya yang rentan menimbulkan konflik dan perpecahan maka
Sinode III mengusung tema: “Memancarkan Wajah Kristus Mmlalui Gereja yang
Inklusif dan Transformatif.”
Tema yang mau digumuli ini selaras
dengan tema yang diusung SAGKI 2010, “Ia datang supaya semua memperoleh hidup dalam kelimpahan” (bdk. Yoh 10:10) dengan memancarkan wajah Yesus dalam keanekaragaman
budaya, dialog dengan agama dan kepercayaan dan dalam pergumulan dengan dan
bersama orang-orang yang dipinggirkan dan diabaikan. Tema Sinode III yang
senada dengan tema SAGKI ini mengajak kita agar sebagai orang kristiani seluruh
diri dan kehidupan kita hendaknya memancarkan citra Kristus yang penuh kasih,
peduli, solider kepada semua orang, lebih-lebih yang miskin dan menderita.
Gereja disadarkan pentingnya mewujudkan iman yang
mendalam akan Kristus dalam tindakan-tindakan kemanusiaan dengan belajar dari
Yesus yang berwajah lembut dan penuh empati bagi siapa saja tanpa
membeda-bedakan.
Sehubungan dengan tugas luhur panggilan yang kita
emban, hendaknya kita senantiasa peka terhadap situasi yang terjadi di
lingkungan hidup harian kita. Kita dipanggil untuk bersikap terbuka (inklusif)
mengembangkan kerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik yang berasal
dari pelbagai agama dan kepercayaan melalui
dialog karya dan dialog kehidupan dan aksi-aksi kemanusiaan demi
terwujudnya situasi yang damai dan sejahtera. Melalui kebajikan serta cinta
yang terpancar dari belaskasihNya kita menjadi saudara bagi setiap orang serta
agen pembaharuan (transformatif) dari situasi yang cenderung larut dalam tindak
kekerasan, kejahatan dan ketidakadilan.
Selaku Pimpinan Gereja Lokal Keuskupan Denpasar, saya
mengucapkan selamat mempersiapkan Sinode III, semoga melalui tema yang diusung
dalam Sinode III, kita mampu memancarkan wajah Yesus melalui Gereja yang inklusif dan transformatif. Marilah kita berdoa serta
menyatukan hati dan bergandeng tangan mensukseskan Sindode III Keuskupan
Denpasar demi pertumbuhan Gereja Keuskupan Denpasar. Tuhan memberkati kita.
Comments
Post a Comment