STRATEGI PASTORAL KEUSKUPAN DENPASAR 2012-2016
LIMA STRATEGI PASTORAL
KEUSKUPAN DENPASAR
5.Memancarkan Wajah Kristus Melalui Keluarga Katolik
1.Memancarkan Wajah
Kristus Melalui Katekese Dan Lembaga Pendidikan Katolik
Dalam Sinode ini disadari bahwa Katekese dan Pendidikan Sekolah
Katolik menjadi salah satu perhatian yang perlu diangkat sebagai strategi
pastoral Gereja Keuskupan Denpasar (bandingkan Pesan Pastoral
Sidang KWI 2011). Hal itu didasarkan pada tugas pokok Gereja dalam mewartakan
Injil (Mat. 28:19; EN, 14). Katekese sebagai pendidikan iman umat merupakan hal
penting dalam kehidupan Gereja, seperti dinyatakan oleh bapak-bapak Konsili
Vatikan II (GE 1-3). Dari hasil Pra-Sinode dan diskusi kelompok selama sinode
berlangsung peserta melihat adanya persoalan pendidikan
iman (katekese umat) dan pendidikan Sekolah
Katolik.
Permasalahan umat di bidang katekese berkaitan dengan kurangnya
pemahaman tentang sakramen-sakramen dan ajaran-ajaran resmi Gereja Katolik.
Untuk itu diperlukan katekese yang kreatif, sehingga umat semakin memahami dan
mengamalkan iman Katolik secara benar dan mendalam. Umat juga melihat masalah
pokok tentang pendidikan Sekolah Katolik.
Biaya pendidikan di Sekolah Katolik dirasakan mahal dan tidak
terjangkau. Sekolah Katolik kalah bersaing dengan lembaga pendidikan lain.
Perlu disadari bahwa pendidikan di Sekolah Katolik merupakan jalur strategis dalam
mewartakan Injil. Sekolah Katolik perlu meningkatkan kinerja dan kualitasnya
agar di tengah persaingan global tetap menunjukkan identitasnya.
Pendidikan Sekolah Katolik bersumber pada Kristus sebagai teladan
dan model hidup, sehingga menjadi sarana mewartakan Kabar Gembira, unggul dalam
pembentukan manusia, memihak kepada orang miskin, bekerja sama secara internal
dan luwes dalam mencapai visi dan misi pendidikan Katolik.
2.Memancarkan Wajah
Kristus Melalui Pengembangan Ekonomi Umat
Disadari oleh para peserta Sinode III Keuskupan Denpasar bahwa
kemiskinan dan pengembangan ekonomi umat merupakan salah satu pokok perhatian yang
perlu diangkat sebagai strategi pastoral agar umat semakin mandiri dan
sejahtera.
Hasil penelitian Sinode menunjukkan bahwa umat Katolik Keuskupan
Denpasar merupakan kawanan kecil (Luk 12:32) di tengah umat beragama lain,
multietnis dan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah serta tersebar
di Bali dan Nusa Tenggara Barat. Kemiskinan dan pengangguran terjadi karena
kurangnya lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan umat
yang mengakibatkan pendapatan yang rendah. Kesalahan pengelolaan keuangan dalam
keluarga dan gaya hidup yang konsumtif juga menimbulkan kemiskinan. Perjuangan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sering menjadi alasan ketidakterlibatan
dalam kehidupan menggereja.
Pengembangan ekonomi diarahkan untuk memberdayakan umat dengan
meningkatkan kapasitas untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan ekonomi. Di Keuskupan Denpasar sudah ada sejumlah Koperasi,
Credit Union dan KBG yang patut dijadikan dasar dan sarana membangun
perekonomian umat.
3.Memancarkan Wajah
Kristus Melalui KBG Dan Kepemimpinan Pastoral
Sejak Sinode I tahun 2001, KBG dipilih sebagai kendaraan dalam
menggapai cita-cita pastoral Keuskupan Denpasar. Namun hingga Sinode III tahun
2011, disadari bahwa umat belum memahami apa itu KBG dan bagaimana cara hidup
menggereja yang baru. Hal ini disebabkan KBG belum menjadi suatu habitus baru
umat dalam kehidupan menggereja, dan hubungan sesama anggota KBG kurang solid
dan kurang harmonis turut memperlemah KBG sebagai cara hidup menggereja yang baru.
Kunci keberhasilan dalam karya pastoral terletak pada kemampuan
pemimpin. Pemimpin yang diharapkan
memiliki semangat pelayanan seperti Kristus (bdk. Mat. 20: 28), terlibat,
inspiratif dan memberdayakan umat. Pemimpin pastoral di sini adalah para klerus
maupun awam yang diberi kepercayaan oleh otoritas Gereja dalam mengemban tugas
penggembalaan umat. Keluhan umat seperti adanya krisis kepemimpinan pastoral,
kurangnya kaderisasi tenaga pastoral awam sebagai pemimpin pastoral menjadi fokuskarya
pastoral di Keuskupan Denpasar. Selain itu, dibutuhkan keseragaman dalam menata
Gereja sebagai organisasi, seperti pedoman kerja Dewan Pastoral Paroki, Dewan
Keuangan Paroki dan pastoral berbasis data.
4.Memancarkan Wajah
Kristus Melalui Orang Muda Katolik
Orang Muda Katolik adalah generasi yang menentukan masa depan
Gereja. Proses Sinode III menemukan bahwa keterlibatan Orang Muda Katolik dalam
hidup menggereja masih rendah. Persoalan tersebut disebabkan orang tua kurang
mendorong anaknya terlibat dalam kegiatan Gereja. Di samping itu, Orang Muda
Katolik rentan oleh pengaruh globalisasi dan gaya hidup yang mengagungkan
materi. Selain itu, ditengarai adanya fenomena Orang Muda Katolik pindah agama.
IndonesianYouth Day 2012 menjadi momentum yang tepat untuk menggerakkan Orang Muda
Katolik di Keuskupan Denpasar dan sarana untuk pendidikan iman Orang Muda
Katolik. Gerakan kaderisasi dan pendampingan Orang Muda Katolik diarahkan pada
berkembangnya orang muda yang tangguh, tanggap dan siap terlibat dalam semua
ranah publik.
5.Memancarkan Wajah Kristus Melalui Keluarga Katolik
Peserta Sinode menyadari bahwa pendidikan iman Katolik berawal di
dalam keluarga. Keluarga disebut juga sebagai Gereja Kecil (Ecclesiola).
Oleh karena itu fokus pastoral pada keluarga menjadi penting.
Karya pastoral yangmemberi perhatian pada keluarga dirasa perlu untuk menjawabi persoalan
seperti hubungan suami-istri yang renggang dan bahkan bubar karena
ketidaksetiaan pada janji perkawinan, perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah
tangga, hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak, adanya hidup
bersama tanpa peneguhan perkawinan (kumpul kebo). Kenyataan itulah yang menjadi
kesadaran bersama peserta sinode untuk memperhatikan secara serius karya
pastoral yang diarahkan untuk membangun keluarga Katolik sebagai Gereja kecil
yang utuh, harmonis, sejahtera dan merasul.
Comments
Post a Comment