SAMBUTAN USKUP DENPASAR
Mgr.
DR. Silvester San
Kita patut beryukur kepada Allah atas berkat-Nya yang
telah menyertai perjalanan Sinode III dari awal hingga akhir. Selama empat hari
para agen pastoral dari seluruh wilayah Gereja Lokal Keuskupan
Denpasar (Bali-NTB) mengikuti Sinode
III yang mengusung
tema “Memancarkan
Wajah Kristus Melalui Gereja yang Inklusif dan Transformatif”.
Tema yang diangkat
sangat relevan dengan situasi dan kondisi umat Katolik Keuskupan
Denpasar yang hidup
di tengah keanekaragaman agama, suku, ras, budaya, status sosial,
status pendidikan dll. Demikian pula dengan
Gereja Katolik yang dari
waktu ke waktu diharapkan mampu memiliki
daya ubah ke arah yang lebih baik (transformatif) serta bersifat terbuka (inklusif)
bagi siapa saja. Hal
ini senada dengan Yesus yang semasa hidup dan karyanya berjuang untuk kesejahteraan semua orang tanpa
mengkotak-kotakkan.
Selama proses Sinode,
pesertadengan tekun dan setia bergumul
dengan wajah Gereja lokal kita yang berjuang untuk memancarkan wajah Kristus ke
tengah dunia. Selama pergumulan itu
di satu pihak ada suasana tegang, ada perasaan tidak puas karena pendapatnya
kurang diakomodir, tetapi di pihak lain ada suasana kegembiraan dan sukacita
karena bisa bertemu dengan sesama agen pastoral dari berbagai wilayah. Semua pergumulan itu
dimaknai secara
positif sebagai bagian dari kesungguhan para peserta untuk memperoleh hasil Sinode yang berkualitas dan
mampu menjawabi harapan dan kebutuhan umat.
Penelitian
Menghantar Penemuan Wajah Riil Keuskupan Denpasar
Kita menyadari bahwa Sinode
III Keuskupan Denpasar ini dilaksanakan melalui suatu proses yang baik; ada
penelitian yang menghasilkan wajah riil Gereja paroki, Gereja quasi paroki dan
Gereja stasi kita masing-masing; lalu ada Pra Sinode tingkat Dekenat yang
menghasilkan wajah Gereja level Dekenat, dan akhirnya kita bersinode di tingkat
Keuskupan yang menghantar kita pada penemuan akan gambaran wajah Gereja Katolik
Keuskupan Denpasar yang konkrit yakni:
Keuskupan Denpasar menghadapi kenyataan keanekaragaman dan minoritas.
Berdasarkan kenyataan ini kita perlu membangun Gereja yang terbuka
(inklusif) dan kehadiran Gereja hendaknya mampu membawa perubahan ke arah yang
lebih baik (transformatif) dan bukan larut dengan situasi yang ada.
Keuskupan Denpasar juga menghadapi
kenyataan, bahwa masih ada umat yang hidup
di bawah garis kemiskinan. Kenyataan ini hendaknya mendorong kita untuk
membangun solidaritas antara si kaya dan simiskin dan juga program-program pemberdayaan untuk
mengentaskan mereka dari kemiskinannya. Tidak mudah memang tetapi kita harus
berjuang.
Keuskupan Denpasar
menghadapi kenyataan bahwa KBG yang sejak tahun 2001 dicanangkan sebagai
kendaraan berpastoral, hingga saat ini belum dipahami dengan baik dan benar
oleh semua paroki. Tetapi ada juga berita yang menggembirakan karena ada paroki
yang sudah memahami dengan baik dan benar sehingga KBG itu mampu menjalankan
fungsinya dengan baik. Maka perlu kembali diadakan sosialisai tentang KBG, khususnya bagi paroki-paroki yang belum
memiliki KBG atau sudah memiliki, tetapi belum berfungsi dengan baik dan benar.
Hasil penelitian di tiga
Dekenat menunjukkan bahwa Sekolah Katolik dikeluhkan oleh sebagian umat Katolik
karena biayanya yang mahal, sehingga banyak anak Katolik tidak dapat mengenyam
pendidikan di sekolah Katolik. Hasil penelitian ini kiranya menjadi masukan
berharga bagi sekolah Katolik untuk kembali pada misinya, yang salah satunya
berpihak kepada kaum miskin. Tidak
dipungkiri bahwa operasional pendidikan memang mahal, tetapi untuk anak-anak
Katolik yang kurang mampu tetapi ingin masuk di sekolah Katolik bisa dicarikan
jalan keluar dengan bijaksana. Dengan demikian Sekolah Katolik juga menjadi
komunitas yang memancarkan wajah Yesus yang penuh belas kasih kepada setiap
orang khususnya bagi mereka yang kurang mampu.
Buah Sinode III: Visi, Misi dan
Arah Karya Pastoral Periode 2012-2016
Penemuan wajah Gereja yang konkrit menjadi pijakan kita
dalam merumuskan visi dan misi serta arah dasar dan program pastoral Keuskupan
Denpasar lima tahun ke depan. Setelah melalui pergumulan yang melelahkan akhirnya kita
dapat merumuskan Visi dasar Keuskupan Denpasar periode 2012-2016, yakni “Keuskupan
Denpasar sebagai persekutuan umat beriman Kristen Katolik yang berkualitas,
dialogis dan berdaya-ubah untuk memancarkan wajah Kristus di tengah dunia”. Visi dasar ini dijabarkan dalam 11 butir misi (bisa dilihat dalam sajian utama Agape edisi
ini yang berjudul Hasil Sinode III Keuskupan Denpasar) serta
menetapkan arah karya pastoral selama lima tahun ke depan dengan rumusan: “Menuju Gereja yang Terlibat dan Berdaya
Ubah”.
Saya
berharap agar hasil Sinode ini dapat kita follow
up secara bersama-sama dan terpadu. Dengan kata lain amanat
Sinode III ini menjadi tanggungjawab kita bersama, bukan hanya di pundak Uskup
maupun para imam saja, melainkan tanggung jawab seluruh agen pastoral mulai
dari tingkat Basis hingga Keuskupan. Saya
mengharapkan juga agar seluruh peserta sinode memiliki komitmen, kesediaan
berkurban dan ocal diri untuk mengimplementasikan amanat Sinode III di Paroki/Stasinya
masing-masing. Semoga
buah-buah Sinode ini menjadi gerakan
pastoral kita dalam tindakan nyata.
Selaku
Pimpinan Gereja ocal Keuskupan Denpasar, saya memberikan apresiasi yang tinggi
kepada Ketua Panitia Rm. Herman Yoseph Babey Pr dan seluruh panitia yang telah
bekerja keras untuk menyukseskan Sinode III ini mulai dari awal hingga akhir.
Semoga kerja keras ini menghantar umat menjadi persekutuan umat beriman Kristen
Katolik yang
berkualitas, dialogis, terlibat
dan berdaya ubah, sehingga mampu memancarkan wajah Yesus di manapun mereka
berada.
Melalui media ini saya mengucapkan limpah terima
kasih kepada para Narasumber: Rm. Raymundus Sudhiarsa, SVDdan Rm. Johanes
Wayan Mariantha,
SVD yang telah
membantu penelitian dan memberikan paparan materi serta buah-buah pikirannya sebagai
bahan masukan bagi karya-karya pastoral yang dibangun oleh Keuskupan Denpasar.
Limpah
terima kasih juga saya tujukan kepada Pastor paroki, DPP, dan umat Paroki Kuta
yang telah menyiapkan tempat ini bagi
berlangsungnya Sinode III. Tentu selama ocal berlangsung, ada banyak hal yang
menganggu dan merepotkan. Semoga amanat sinode yang lahir dari tempat ini dapat
membawa manfaat bagi kehidupan umat di Keuskupan ini.
Terima
kasih juga saya tujukan kepada para ocal serta siapa saja yang dengan caranya
masing-masing telah mengambil bagian dalam menyukseskan seluruh
rangkaian kegiatan
Sinode III. Semoga Tuhan mengganjari pengurbanan kalian dengan berkat surgawi
dan duniawi.
Terima
kasih saya tujukan kepada seluruh peserta Sinode III yang dengan tekun dan
setia mengikuti seluruh rangkaian acara Sinode III. Berkat sumbangan pemikiran
kita semua, Sinode ini mampu
menggariskan rumusan Visi Misi
serta Arah
Karya Pastoral seperti yang kita
cita-citakan bersama.
Terima
kasih saya tujukan kepada seluruh umat yang selama satu tahun penuh
mendaraskan doa menyongsong Sinode III di Paroki/Stasi masing-masing. Gerakan doa yang digemakan dengan rutin ini
membuka pintu bagi jalannya tahapan-tahapan Sinode yang telah digariskan. Doa
menjelang Sinode III juga menjadi roh dan spirit gerakan menyukseskan Sinode
III. Sebab kita sadari bahwa segala upaya manusia tanpa disertai dengan doa, hasilnya sia-sia belaka. Kiranya
umat juga terus berdoa agar kita dimampukan untuk mengimplementasikan
hasil-hasil Sinode III dengan baik.
Marilah
kita bergandengan tangan menyatukan hati dan pikiran, untuk menjalankan amanat
Sinode III dengan tekun dan setia. Semoga kita mampu memancarkan wajah Kristus di Keuskupan ini melalui program-program pastoral yang akan kita
laksanakan lima tahun ke depan. Semoga Tuhan menyertai dan memberkati seluruh perjuangan hidup kita dari waktu ke waktu.
Mgr. Silvester San
Comments
Post a Comment