Paroki St. Yohanes Pemandi Praya
Wilayah Paroki St. Yohanes Pemandi Praya meliputi Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Pusat Paroki berada di Jalan Guru Lopan 23 Praya-Lombok Tengah RT VI Kampung Sobirin Kelurahan Prapen Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Paroki ini pernah menjadi stasi dari Paroki St. Maria Immaculata Mataram pada tahun 1978 yang dirintis oleh Rm. Marsel Gde Miarsa,Pr. Buku permandian sejak tahun 1995.Saat ini menjabat sebagai pastor paroki Romo Laurensius Maryono,Pr yang mulai bertugas sejak Januari 2010 sedangkan pastor pembantu adalah Romo Yohanes Kadek Aryana,Pr yang bertugas sejak tahun 2006 dan Rm. Eligius Adi Wahyu,Pr. Petugas pastoral lainnya adalah katekis Mikael Nomite yang bertugas sejak tahun 1992.
Umat Katolik Praya dari penuturan beberapa orang khususnya Bapak (Almarhum) Haji Lalu Muhamad, mertua dari bapak Sellerinus Nurak, sudah ada sekitar tahun 1952. Fakta ini dibuktikan dengan adanya bangunan gereja oleh Belanda. Tapi hingga sekarang tidak tahu jejaknya. Dari buku permandian Gereja Katolik Santa Maria Immaculata Mataram diketahui ada 3 orang dari Praya yang dibaptis pada tahun 1926. Namun fakta riil mengatakan keberadaan umat katolik Praya sejak tahun 1958. Mereka adalah anggota Polri dan TNI yang berasal dari NTT dan Ambon. Ibadat hari minggu dan perayaan ekaristi dilakukan di ruang tamu asrama anggota polri.
Pada tahun 1995 stasi Praya ditingkatkan menjadi Paroki dengan nama pelindung Santo Yohanes Pemandi yang meliputi Praya (kabupaten Lombok Tengah) dan Selong-Pringgabaya (Kabupaten Lombok Timur). Dan Pastor Paroki Praya adalah P. Thomas Tehpo, SVD.
Pada tahun 1995 dibangun juga sebuah Pastoran dan gudang yang kemudian dimodifikasi untuk tempat ibadat (gereja). Hal ini dilakukan karena kesulitan mendapatkan izin. Pada tahun 1996 Pater Thomas, tokoh umat (bapak Fernandez, Kristoforus Tue) dan beberapa personil TNI Kompi bantuan Pringgabaya yakni bapak Marsel dan bapak Yosef Barinto melobi Komandan Kompi Bantuan Pringgabaya untuk dapat membangun sebuah tempat ibadat bagi anggota TNI yang katolik juga umat katolik selain TNI. Maksud baik tersebut di terima, maka dibangunlah sebuah kapela. Sementara itu umat katolik yang ada di Selong tetap merayakan misa atau ibadat minggu di gereja eukumene dalam kompleks Polres Lombok Timur hingga sekarang ini.
Pada 7 September 1998 Pastoran dan gudang (gereja) dibakar massa. Sejak saat itu umat katolik Praya mengalami kesulitan tempat ibadat. Tempat ibadat berpindah-pindah, dari aula kantor yang satu ke aula kantor yang lain. Pada 17 Januari 2000 terjadi kerusuhan Mataram. Rasa takut, cemas juga melanda umat Paroki Praya yang meliputi dua (2) kabupaten ini. Trauma yang mendalam ini membuat banyak umat yang kembali ke daerah asalnya Jawa dan NTT. Jumlah umat menurun drastis. Dari jumlah kurang lebih 500 jiwa tinggal 150 jiwa.
Pada akhir tahun 2000 P. Rosarius Geli, SVD Pastor Paroki St. Maria Immakulata Mataram yang juga Deken NTB, merangkap sebagai sebagai Pastor Paroki Santo Yohanes Pemandi Praya. Kini Romo Laurensius Maryono, Pr, Pastor Paroki St. Maria Immakulata Mataram merangkap sebagai Pastor Paroki Santo Yohanes Pemandi Praya hingga sekarang ini.
Paroki Praya pernah dilayani oleh P. Leon March, SVD, P. Flasca, SVD, P. Balhorn, SVD, P. Andreas Ade, SVD, Romo Marsel Gde Miarsa, Pr, Pastor Giron, P. Siprianus Setiawan, SVD, P. Yan Tanuwijaya, SVD, Romo Philipus Wayan Jaya, Pr, P.Siprianus Setiawan,SVD, P.Mikael Migeraya, SVD, P.Thomas Tepho,SVD, P.Mateus Dile Keraf , Rm.Ignatius I Gesde Adiamika Susila,Pr, Rm. Yohanes Kadek Aryana,Pr,P.Lodovikus Pake,SVD dan kini Rm.Laurensius Maryono,Pr ditunjuk sebagai Pastor Paroki Praya.
Comments
Post a Comment