Quasi Paroki St. Yohanes Maria Vianey Donggo




Secara geografis Quasi Paroki Donggo terletak di wilayah Kecamatan Donggo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Paroki Donggo merupakan gabungan dari tiga dusun yakni Tolonggeru yang juga adalah pusat paroki,Mbawa dan Nggerukopa.Stasi Mbawa terletak sekitar 15 km ke arah timur dari Tolonggeru sedangkan stasi Nggerukopa sekitar 7 km dari Tolonggeru ke arah barat. Sebelum tahun 2004 Quasi Paroki Donggo merupakan stasi dari Paroki Raba Bima. Uskup Denpasar Mgr.Dr.Benyamin Yoseph Bria,Pr pada tahun 2004 menetapkan Donggo sebagai Quasi Paroki. Buku permandian mulai tahun 2000.

Secara umum jumlah umat katolik Quasi Paroki St. Yohanes Maria Vianey Donggo 1.524 jiwa. Mayoritas berprofesi sebagai petani, dan sebagian kecil berprofesi sebagai PNS, karyawan swasta dan kaum buruh di Kota Bima.
Situasi panggilan khusus di Paroki Donggo dapat digambarkan, dua suster asal Tolonggeru yakni Sr. Alfonsiana dan Sr. Agustina. Belum ada imam baik praja maupun biarawan dan bruder yang berasal dari paroki Donggo. Namun aksi panggilan terus dilakukan agar suatu saat Donggo dapat melahirkan para imam baik praja maupun biarawan.
Untuk mengelola Quasi Paroki bersama dengan Pastor Paroki Donggo Rm. Paulus Seran,Nahak,Pr dibentuk Dewan Pastoral Paroki. Karya pastoral yang menonjol di Quasi Paroki Donggo adalah katekese umat, katekese sekolah dan karya kesehatan. Katekese umat dilaksanakan di KBG masing-masing sedangkan katekese sekolah dilaksanakan oleh para katekis yakni katekis John Darwis untuk Tolonggeru, Ignatius Ismail untuk Stasi Mbawa dan Andreas Pasa untuk Nggerukopa. Mereka dengan setia memberikan pelajaran agama katolik bagi anak-anak sekolah dasar, SMP dan SMA.Pelayanan kesehatan di Stasi Mbawa ditangani oleh suster-suster JMJ dari Bima. Namun tidak setiap hari. Para suster mengunjungi Mbawa sekali sebulan. 
Dalam perjalanan sejarahnya, umat katolik di Donggo mendapat ujian iman melalui peristiwa tahun 1969 dimana semua bangunan gereja di Tolonggeru, Mbawa dan Nggerukopa dibakar massa serta orang-orang katolik dipaksa pindah agama. Namun semua masalah dan salah pengertian bisa teratasi. Pada bulan Desember 1969 umat katolik yang dipaksa pindah agama dapat kembali ke gereja katolik setelah Bimas Katolik Provinsi NTB waktu itu Paulus Boli melakukan pendekatan dengan pemerintah Kabupaten Bima.Umat katolik di Donggo sudah ada sejak sebelum tahun 1960.
Di Tolonggeru, umat katolik sudah ada sejak tahun 1960.  Umat tergabung dalam 8 Komunitas Basis Gerejawi. Karya pastoral yang menonjol di Tolonggeru adalah bidang pembinaan iman khususnya katekese umat dan katekese sekolah. Pendidikan agama bagi anak-anak sekolah dasar sampai sekolah menengah umum diberikan oleh katekis Tolonggeru Jhon Darwis. Mayoritas umat di Tolonggeru yakni hamper 90 persen adalah petani. Sebagian kecil sebagai pegawai negeri sipil, karyawan swasta dan buruh di kota Bima. Kelompok kategorial yang ada di Tolonggeru adalah Mudika dan Sekami.
Di Stasi Mbawa,Kapela pertama didirikan pada tahun 1963 oleh P.Heribertus Kuper,CssR yang menjadi pastor di Bima pada tahun 1963.Gereja tersebut dibakar massa pada peristiwa 1969. Namun kemudian dibangun kembali pada masa Romo Domi Rua Dapa menjadi Pastor Paroki Bima. Kapela tersebut dirobohkan dan dibangun kembali gereja yang sekarang ini yang menurut rencana akan diresmikan oleh Uskup Denpasar Mgr. Silvester San,Pr dalam waktu dekat. Umat katolik di Mbawa bermula pada tahun 1964 empat keluarga dibaptis menjadi katolik. Dan sejak itu gereja di Mbawa terus berkembang. Saat ini jumlah umat katolik di Mbawa 800 jiwa atau 192 kepala keluarga.
Kelompok kategorial antara lain Mudika dengan anggota aktif 25 orang dan Sekami dengan anggota aktif 120 orang. Karya pastoral yang menonjol adalah bidang pembinaan umat yakni katekese umat dan katekese sekolah. Pendidikan agama bagi sekolah dasar, SMP dan SMA diberikan oleh katekis Ignatius Ismail. Pelayanan kesehatan juga diberikan satu kali sebulan oleh suster-suster JMJ dari Bima. Mayoritas umat di Mbawa adalah petani, sebagian kecil PNS dan karyawan swasta yang bekerja di Bima serta buruh.
Sedangkan di Stasi Nggerukopa menurut Ketua Dewan Pastoral Paroki Donggo Alfons Subu jumlah umat saat ini 41 kepala keluarga atau sekitar 164 jiwa. Umat tergabung dalam 2 Komunitas Basis Gerejawi. Karya pastoral yang menonjol adalah bidang pembinaan iman umat yakni katekese umat dan katekese sekolah. Pendidikan agama katolik bagi murid Sekolah Dasar sampai dengan SMA diberikan oleh katekis Andreas Pasa. Mayoritas umat Nggerukopa bermatapencarian sebagai petani. Saat ini umat sedang membangun gereja baru yang secara fisik sudah selesai 90 persen. Direncanakan dalam waktu dekat gereja ini akan diresmikan oleh Bapa uskup Denpasar.
Pastor-pastor yang pernah melayani Quasi Paroki Donggo adalah P.Heribertus Kuper,CssR (1963 -1968), P.George Kiwus CssR (1969-1970), Romo Dominikus Rua Dapa,Pr (1970-1974), P Thomas Tepho,SVD (1974-1978), P.Tarsisius Widyono,SJ (1978-1974). Sejak 1975 sampai dengan tahun 2004 umat Donggo dilayani oleh P.Mikael Migeraya,SVD, P.Yan Djuang Somi,SVD, P.Piet Pido,SVD, P.Paulus Barekama,SVD, dan Rm. Kristianus Min Isti,Pr. Kini Rm. Paulus Bere Nahak,Pr dipercayakan sebagai Pastor Paroki.***

Comments

  1. Wah ini tulisan tidak lengkap siapa guru agama pertama dan donggo sebelumnya masuk dalam keusukupan mana mau menghilangkang sejarah gereja tolonggeru dengan perubahan nama pelindung gereja yang tulis anak baru lahir tidak bertanya pada yang lebih tau sejarah

    ReplyDelete
  2. Wah ini tulisan tidak lengkap siapa guru agama pertama dan donggo sebelumnya masuk dalam keusukupan mana mau menghilangkang sejarah gereja tolonggeru dengan perubahan nama pelindung gereja yang tulis anak baru lahir tidak bertanya pada yang lebih tau sejarah

    ReplyDelete
  3. Yang nulis ini baru belajar nulis...klo mau tulis berita tanya sama saksi hidup dan harus sesuai fakta...jangan asal copy paste apalagi MENGHILANGKAN SEJARAH...banyak data yg anda tulis tidak sesuai fakta...sekali2 jln2 ke donggo dan cari saksi hidup di sana...dan ingat jgn bertanya dan cari kepada orang yg lahir baru kemarin sore sekalipun dia seorang guru agama.

    ReplyDelete
  4. Terima kasih,tulisan ini bukan sejarah tapi hasil rangkuman dari wawancara dgn tokoh umat. Dengan tulisan ini umat paroki donggo terpanggil untut melengkapinya. Bukan cuma mengkritisi. Saya mau undang kalian, ayo menulislah, lalu kita hasilkan buku sejarah yang lengkap. Saya mwmang baru belajar menulis, tapi saya sudah memulai menulis. Mari, anda melengkapinya. Itu baru bijak. Bukan hanya kritik saja. Terima kasih.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PROFIL KONGREGASI/BIARA YANG BERKARYA DI KEUSKUPAN DENPASAR

Romo Hubertus Hady Setiawan,Pr

Rm. Benediktus Deni Mary